Jumat, 03 Desember 2010

TITRASI KONDUKTOMETRI

Tujuan Percobaan
1.      Penggunaan metode konduktometri dalam volumetri
2.      Menentukan konsentrasi HCl dengan metode Titrasi Konduktometri
Dasar Teori
Titrasi itu sendiri merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat merubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan
Konduktometri biasanya merupakan prosedur tritasi, sedangkan konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaannya antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reager. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak eletroda harus tetap, tetapi pengenceran akan mengakibatkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentransi
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tidak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan. Tergantung apakah ada atau tidak terjadinya reaksi-reaksi ionic. Jika tidak terjadi reaksi ionic, konduktans dapat naik atau turun : begitulah pada penambahan suatu basa pada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hydrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip-prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas lain
Konduktometri  merupakan  metode  untuk  menganalisa  larutan  berdasarkan kemampuan  ion  dalam  mengantarkan  muatan  listrik  di  antara  dua  elektroda.  Ini berarti  konduktometri  adalah  salah  satu  metode  analisa  elektrokimia  di  samping potensiometri, amperometri dan sebagainya. Pengukuran  konduktovitas  (hantaran)  dapat  pula  di  gunakan  untuk  penentuan  titik ahir  titrasi.  Titrasi  konduktometri  dapat  dilakukan  dengan  dua  cara,  tergantung pada frekuensi arus yang digunakan.
Jika  frekuensi  arus  bertambah  cukup  besar,  maka  pengaruh  kapasitan  dan  induktif akan makin besar. Adapun jenis titrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Titrasi konduktometri        yang        dilakukan        dengan        frekuensi arus rendah (maksimum 300Hz)
2.      Titrasi  yang  dilakukan  dengan  menggunakan  frekuensi  arus  tinggi  disebut titrasi frkuensi tinggi

Titrasi Konduktometri (frekuensi rendah)
Penambahan  suatu  elektolit  ke  elektrolit  lain  pada  keadaan  yang  tidak  ada perubahan  volum  yang  begitu  besar  akan  mempengaruhi  konduktovitas  larutan terjadi   reaksi   ionik   atau   tidak.   Jika   tidak   terjadi   reaksi   ionic,   maka   perubahan konduktovitas  sedikit  sekali  atau  hampir  tidak  ada.  Bila  terjadi  reaksi  ionic,  maka perubahan konduktivitas yang relative cukup besar sehingga dapat di amati, seperti pada   titrasi   basa   kuat   oleh   asam   kuat.   Dalam   titrasi   ini   terjadi   penurunan konduktivitas karena terjadi penggantian ion hydrogen, yang mempunyai konduktovitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktovitas rendah.
Pada  titrasi  penetralan,  pengendapan  dll,  penentuan  titik  ahir  titrasi  titrasi  di tentukan   berdasarkan   perubahan   koduktivitas(hantaran)   dari   reaksi   kimia   yang terjadi.  Hantaran  di  ukur  pada  setian  penambahan  sejumlah  pereaksi  dan  titik pengukuran   tersebut   bila   di   alurkan   memberikan   2   garis   lurus   yang   saling perpotongan dinamakan titik ekivalen titrasi.
Ketepatan metode ini bergantung pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran.  Secara  praktik  konsentrasi  penitran  20-100  kali  lebih  kali  pekat  dari larutan yang di titrasi.
Kelebihan  titrasi  ini, baik  untuk  asam  yang  sangat lemah  seperti  asam  borat dan   fenol   yang   secara   potensiometri   tidak   dapat   di   lakukan.   Selain   itu,   titrasi konduktometri tidak I perlukan control suhu.

Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem kimia yang dibuat bagian dari  atau  di  pasangkan  dengan sirkuit  osilator  beresonasi pada  frekuensi  beberapa mega hertz. Keuntungan  Keuntungan  cara  ini  antara  lain  elektroda di  tempatkan  di luar  sel  dan  tidak  langsung  kontak  dengan  larutan  uji.  Kerugiannya  adalah  respon tidak   spesifik   karena   bergantung   pada   konduktovitas(hantaran)   dan   tetapan   di elektrik dari sistem.
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu   larutan.   Daya   hantar   listrik   (G)   suatu   larutan   bergantung   pada   jenis   dan konsentrasi ion di dalam  larutan.  Daya hantar  listrik  berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Teori  tentang  konduktometri  merupakan  kebalikan  dari  teori  hokum  ohm tentang hambatan listrik.Berdasarkan dan berangkat dari hokum ohm tersebut, maka disusunlah teori tentang konduktovitas(daya hantar jenis) yang merupakan kebalikan dari resistivitas, resistivitas adalah tahanan dari suatu larutan yang diukur pada jarak 1 cm antara elektroda – elektrodanya :

G  = 1 / R  = k (A/ l )
R   = ρl / A
k   = 1 / ρ

Dengan
G : Konduktovitansi(omh-1)  
I : Panjang material(meter)
k : Konduktovitas(omh-1cm -1)
ρ  : Hambatan jenis atau resistivitas(ohm cm)

Daya  hantar  listrik  (G)  merupakan  kebalikan  dari  tahanan  (R),  sehingga  daya hantar  listrik  mempunyai  satuan  ohm-1  .  Bila  arus  listrik  dialirkan  dalam  suatu  larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
Konduktivitas  larutan  elektrolit  pada  temperatur  konstan,  tergantung  padajenis  ion  dan  konsentrasinya.  Jika  larutan  semakin  encer,  maka  konduktovitasnya akan  menurun.  Ini  terjadi  karena  jumlah  ion  persatuan  luas  semakin  sedikit.  Akan tetapi,  keampuan  tiap  ion  dalam  meneruskan  muatan  akan  semakin  besar  karena tidak adanya hambatan antar ion pada larutan encer.
Karena  konsentrasi  larutan  pada  umumnya  dinyatakan  dalam  satuan  molar (mol/liter),  Maka  pada  konduktometri  terdapat  istilah  konduktovitas  molar  (Λ),  yang mempunyai hubungan dengan konsentrasi secara:

Λ=1000K/C
Dimana:
Λ=konduktoitas molar(Scm2  mol-1)
C=konsentrasi (mol.dm-3)
K=Konduktovitas(Scm-1)
Konduktovitas   di   tentukan   oleh   jenis   ion.   Sehingga   untuk   mengetahui kemampuan  tiap  jenis ion,  maka  perlu  dilakukan  percobaan  dengan  larutan  yang sangat  encer,  sehingga  tidak  di  pengaruhi  oleh  ion  lain.  Pada  kondisi  seperti  ini, maka konduktovitas larutan merupakan jumlah konduktovitas ion positif(Kation) dan ion negative(anion).

Λo= ΛoKation+ Λoanion

Λo    adalah  konduktivitas  molar  ion  pada  larutan  sangat  encer  (konsentrasi mendekati nol.
Harga konduktovitas molar beberapa ion dengan konsentrasi mendekati nol di tabelkan sebgai berikut:
Kelebihan titrasi konduktometer
a.        titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat  ditentukan dengan  daya hantar dari larutan tersebut.
b.       Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
c.        Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
d.       Lebih praktis
e.        Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f.        Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
kekurangan titrasi konduktometer
a.       Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
b.      Sangat dipengaruhi temperatur
c.       Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
d.      Peralatan cukup mahal
e.       Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
f.       Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan meleleh.














Alat dan Bahan
a.       Alat
1.      Konduktometer                    4. Labu takar 100 ml, 50 ml
2.      Gelas piala 250 ml    5. Pipet volume 10 ml, 25 ml
3.      Erlenmeyer 250 ml    6. Botol semprot

b.      Bahan
1.      HCl 0,1 M                             4. CH3COONa 0,1 M
2.      NaOH 0,1 M                         5. NH4OH      
3.      CH3COOH 0,1 M

Prosedur Kerja
1.      Buatlah larutan HCl  100 ml 0,001 M dan NaOH 100 ml 0,05 ml
2.      Larutan HCl 0,001 M ditempatkan dalam erlenmeyer/gelas piala 250 ml
3.      Isilah mikro buret dengan NaOH 0,05 M
4.      Sel konduktometer yang telah bersih dicelupkan kedalam erlenmeyer/gelas piala yang berisi larutan HCl 0,001 M
5.      Jagalah agar suhu larutan agar tetap konstan selama percobaan dan catatlah suhu percobaan tersebut
6.      Ukurlah daya hantar larutan setiap penambahan NaOH mulai dari 0 ml sampai melewati titik ekivalen. Usahakan setiap penambahan NaOH volumenya berkisar antara 1 – 2 ml
7.      Ulangi percobaan diatas untuk titrasi berikut
a.       100 ml CH3COOH 0,001 M Vs NaOH 0,05 M
b.      100 ml CH3COONa 0,001 M Vs HCl 0,05 M
c.       100 ml NH4OH 0,001 M Vs HCl 0,05 M
d.      50 ml HCl 0,001 M + 50 ml CH3COOH 0,001 M Vs NaOH 0,05 M
Catatan sebelum dan sesudah digunakan, sel konduktometer harus dalam keadaan kering





Data Hasil Pengamatan
a.      HCl 0,001 M Vs NaOH 0,05 M
Volume NaOH
(ml)
Daya hantar
l (Ohm-1)
0
2
4
6
8
10
12


b.      CH3COOH 0,001 M Vs NaOH 0,05 M
Volume NaOH
(ml)
Daya hantar
l (Ohm-1)
0
2
4
6
8
10
12



c.       CH3COONa 0,001 M Vs HCl 0,05 M
Volume HCl
(ml)
Daya hantar
l (Ohm-1)
0
2
4
6
8
10
12



d.      NH4OH 0,001 M Vs HCl 0,05 M
Volume HCl
(ml)
Daya hantar
l (Ohm-1)
0
2
4
6
8
10
12



e. 50 ml HCl 0,001 M + 50 ml CH3COOH 0,001 M Vs NaOH 0,05 M
Volume NaOH
(ml)
Daya hantar
l (Ohm-1)
0
2
4
6
8
10
12














Pengolahan Data

1.      Menghitung daya hantar yang dikoreksi terhadap perubahan volume
Rumus :                                                                                                                                                                                      
                         
                     Keterangan :
                L = daya hantar yang dikoreksi
                l  = daya hantar yang terukur
                V =  volume larutan mula – mula
                v  = volume peniter yang ditambahkan
a.                                          Vs

1.      Volume                  = 0 ml


2.      Volume                  = 2 ml

                 
3.      Volume                  = 4 ml


4.      Volume                 = 6 ml

                 
5.      Volume                 = 8 ml


6.      Volume                 = 10 ml

                 
7.      Volume                 = 12 ml


b.                                          Vs       

1.      Volume                  = 0 ml


2.      Volume                  = 2 ml

                 
3.      Volume                  = 4 ml


4.      Volume                 = 6 ml

                 
5.      Volume                 = 8 ml

6.      Volume                 = 10 ml

                 
7.      Volume                 = 12 ml


c.                                            +                                 Vs

1.      Volume                  = 0 ml


2.      Volume                  = 2 ml

                 
3.      Volume                  = 4 ml


4.      Volume                 = 6 ml

                 
5.      Volume                 = 8 ml



6.      Volume                 = 10 ml

                 
7.      Volume                 = 12 ml


2.      Membuat grafik antara daya hantar terkoreksi dan volum yang ditambahkan
X = Volum yang ditambahkan
Y = daya hantar terkoreksi
a.                                    Vs

X
Y
XY
X2

















              
                

                    =

                         
              
                

                           =


Grafik  Y = AX + B

X






Y









b.                                              Vs








                             



























































Pembahasan   







































































































Kesimpulan


























Daftar Pustaka





















                       




Gambar Rangkaian Alat


























Grafik