Rabu, 12 Desember 2012
Rabu, 06 Juni 2012
daya hantar listrik
Pada tahun 1884, Svante
Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit yang
sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal ia hampir saja tidak
diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena mengungkapkan
teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke
dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion
(ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah
muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion
inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik. Larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit.
Larutan ini memberikan
gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Larutan
elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation dan anion).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan
elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas
ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif
mengalami oksidasi. Contoh, pada laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang
menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut.
HCl(aq)→ H+(aq) + Cl-(aq)
Reaksi reduksi : 2H+(aq) + 2e- → H2(g)
Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) → Cl2(g) +
2e-
Daya hantar listrik larutan
elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik dengan baik meskipun konsentrasinya kecil, larutan ini
dinamakan elektrolit kuat. Sedangkan larutan elektrolit yang mempunyai daya
hantar lemahmeskipun konsentrasinya tinggi dinamakan elektrolit lemah.
Berdasarkan sifat daya hantar
listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion,
larutan tersebutbersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat
ion larutan tersebut bersifat nonelektrolit.
1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Perhatikan hasil uji elektrolit yang
ditunjukkan pada Gambar 8. Pada larutan elektrolit lampu yang digunakan menyala
dan timbul gas pada elektrodanya. Beberapa larutan elektrolit dapat
mengahantarkan listrik dengan baik sehingga lampu menyala terang dan gas yang
terbentuk relatif banyak (Gambar 8a). Larutan ini dinamakan elektrolit kuat,
beberapa elektrolit yang laindapat menghantarkan listrik tetapi kurang baik, sehingga lampu
nyala, redup atau bahkan tidak menyala dan gas yang terbentuk relatif sedikit. (Gambar 8b). Dari
uraian di atas kita dapatgolongkan larutan elektrolit menjadi dua macam, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit
lemah.
a. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal inidisebabkan
karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi, α = 1) menjadi
ion-ionsehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya
hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan
anak panah satu arah ke kanan.Sebagai contoh larutan NaCl.
Jika padatan NaCl dilarutkan dalam air maka NaCl akan terurai sempurna menjadi ion Na+ dan Cl-
NaCl(s) → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Contoh larutan elektrolit kuat :
Ø Asam kuat
Larutan
Asam kuat adalah zat asam yang terionisasi 100% dalam larutan. Karena itu,
larutan ini dapat menghasilkan ion hidrogen yang banyak untuk dapat
menhantarkan listrik dengan baik.
Contohnya
asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), asam
klorida (HCl)
Ø Basa kuat
Larutan
Basa kuat adalah zat basa yang terpisah 100% menjadi ion logam dan ion
hidroksida dalam larutan. Karena itu, larutan ini juga dapat menghasilkan ion
hidroksida yang banyak untuk dapat menghantarkan listrik dengan baik.
Contohnya,
natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), barium hidroksida (Ba(OH)2)
Ø Garam,
Suatu
garam akan terdiosiasi sempurna di dalam air menjadi kation dan anionnya. Oleh
karena itu, larutab garam digolongkan kepada larutan elektrolit kuat
Contohnya, hamper
semua senyawa garam kecuali garam merkuri
b. Elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala
redup ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada
elektrodanya. Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi
tidak sempurna) (derajat ionisasi, 0 < α
< 1) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang
dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit
lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik).
Contoh :
CH3COOH(aq) ↔ CH3COO- (aq) + H+ (aq)
Larutan elektrolit dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa yang
mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai ikatan
kovalen polar)
Contoh larutan elektrolit lemah :
Ø Asam lemah
Larutan
asam lemah adalah zat asam yang terionisasi sebagian dalam larutan. Karena itu,
larutan ini tidak terlalu bagus untuk menghantarkan listrik.
Contohnya,
asam asetat (CH3COOH), asam karbonat (H2CO3)
Ø Basa lemah
Larutan
basa lemah adalah zat basa yang tidak terpisah 100% menjadi ion logam dan ion
hidroksida dalam larutan. Karena itu, larutan ini juga terlalu baik dalam
menghantarkan listrik dengan baik.
Contohnya,
natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), barium hidroksida (Ba(OH)2)
Ø Garam,
Suatu
garam yang tidak terdiosiasi sempurna di dalam air menjadi kation dan anionnya.
Contohnya,
garam-garam yang sukar larut, seperti AgCl
2. Larutan Nonelektrolit
Larutan nonelektrolit adalah
larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini disebabkan karena larutan tidak
dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion). Sedangkan larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak
menimbulkan gelembung gas. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya
tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatanyang
dapat menghantarkan arus listrik.
Yang termasuk dalam larutan non elektrolit antara lain :
·
Larutan urea
·
Larutan sukrosa
·
Larutan glukosa
·
Larutan alkohol dan lain-lain
Hantaran listrik melaluilarutan
dapat dtunjukkan dengan alat uji elektrolit seperti pada Gambar 7. Jika larutan menghantarkan arus listrik, maka
lampu dalam rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gasatau endapan pada
salah satu atau kedua elektroda. Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan
dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif.
I
Ion positif yang dihasilkan
dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakananion. Larutan NaCl
adalah contoh larutan elektrolit. Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi
larutan. Larutan gula adalah contoh dari larutan nonelektrolit. Perhatikan
reaksi berikut: Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh
larutan elektrolit maupun nonelektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan
garam dapur, larutan cuka makan, larutan asamsulfat, larutan tawas, air sungai,
air laut.
Factor yang
mempengaruhi daya hantar listrik dari suatu larutan selai larutan elektrolit
kuat dan elektrolit lemah adalah konsentrasinya. Pada larutan elektrolit kuat,
apabila konsentrasinya bertambah, maka konduktivitas atau daya hantar
listriknya akan berkurang. Lain dengan larutan elektrolit lemah, konduktivitas
molarnya akan normal pada saat konsentrasi mendekati nol dan akan turun tajam
saat konsentrasi bertambah.
POLARIMETER
A.
PENGERTIAN POLARIMETER
Gambar polarimeter
Polarimeter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik yang
dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam
larutan. Jadi polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk
mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah
senyawa yang dpat memutar bidang polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan
polarisasi adalah pembatasan arah getaran (vibrasi) dalam sinar atau radiasi
elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui besarnya polarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran itu bergantung pada
beberapa faktor yakni
1.Struktur molekul 2.Temperatur,
3.Panjang gelombang,
4.Banyaknya molekul pada
jalan cahaya,
5. Jenis zat 6. Ketebalan, 7. Konsentrasi dan juga pelarut.
Polarisasi bidang dilakukan dengan melewatkan
cahaya biasa menembus sepasang kristal kalsit atau menembus suatu lensa
polarisasi. Jika cahaya terpolarisasi-bidang dilewatkan suatu larutan yang
mengandung suatu enantiomer tunggal maka bidang polarisasi itu diputar kekanan
atau kekiri. Perputaran cahaya terpolarisasi-bidang ini disebut rotasi optis.
Suatu senyawa yang memutar bidang polarisasi suatu senyawa terpolarisasi-bidang
dikatakan bersifat aktif optis. Karena inilah maka enantimer-enantiomer
kadang-kadang disebut isomer optis.
B.
Bagian-Bagian
dalam Polarimeter
Polarimeter ini terdiri dari dua prisma Nicol (yang polarizer dan analyzer). Polarizer
adalah tetap dan alat analisis yang bisa diputar. prisma dapat dibandingkan
sebagai celah S1 dan S2. Gelombang cahaya dapat dianggap sesuai dengan
gelombang dalam string. Polarizer S1 memungkinkan hanya gelombang cahaya yang
bergerak pada bidang tunggal. Hal ini menyebabkan cahaya untuk menjadi pesawat
terpolarisasi. Ketika analisa ini juga ditempatkan dalam posisi yang sama ini
memungkinkan gelombang cahaya yang datang dari polarizer untuk melewatinya.
Ketika diputar melalui sudut yang tepat tidak ada gelombang dapat melewati
sudut kanan dan lapangan tampaknya gelap. Jika sekarang sebuah tabung gelas
berisi larutan optis aktif diletakkan diantara polarisator dan analisa cahaya
sekarang berputar melalui bidang polarisasi melalui sudut tertentu, alat
analisis yang akan harus diputar di sudut yang sama.
Polarimeter ukuran ini dengan melewatkan cahaya monokromatik melalui pertama dari dua
pelat polarisasi, menciptakan sinar terpolarisasi. Ini plat pertama dikenal
sebagai polarizer. balok ini kemudian diputar saat melewati sampel. Sampel
biasanya disiapkan sebagai tabung dimana zat aktif optik adalah dilarutkan
dalam optik tidak aktif kimia seperti air
suling , etanol
, metanol
. Beberapa polarimeter dapat dipasang dengan tabung yang memungkinkan untuk
sampel untuk mengalir melalui terus menerus.
Setelah melewati sampel, sebuah polarizer kedua, yang dikenal sebagai
alat analisis tersebut, berputar baik melalui rotasi manual atau deteksi
otomatis dari sudut. Ketika analisa diputar dengan sudut yang tepat, jumlah
maksimum cahaya akan melewati dan bersinar ke detektor. Kebanyakan polarimeter
otomatis membuat perhitungan secara otomatis, memberikan masukan pada variabel
dari pengguna. Karena bahan kimia optik aktif banyak stereoisomer, polarimeter
dapat digunakan untuk mengidentifikasi isomer hadir dalam sampel - jika
berotasi terpolarisasi cahaya ke kiri, ini adalah isomer levo-, dan ke kanan,
sebuah dextro-isomer
·
Jenis Polarimeter
a.Manual
Polarimeter
paling awal, yang tanggal kembali ke tahun 1830-an, yang dibutuhkan pengguna
secara fisik memutar analyzer, dan detektor itu mata pengguna menilai saat yang
paling bersinar cahaya melalui. Sudut ditandai pada skala yang mengelilingi
analyzer tersebut. Desain dasar masih digunakan dalam polarimeter sederhana.
b.Semi
Otomatis
Hari ini ada juga polarimeter
semi-otomatis, yang membutuhkan deteksi visual tetapi push menggunakan-tombol
untuk memutar analisa dan menawarkan tampilan digital.
c. Sepenuhnya
Otomatis
Yang paling polarimeter modern yang
sepenuhnya otomatis, dan hanya memerlukan user untuk menekan tombol dan
menunggu pembacaan digital.
Polarimeter
dapat dikalibrasi - atau setidaknya diverifikasi - dengan mengukur piring
kuarsa, yang dibangun untuk selalu membaca di sudut rotasi tertentu (biasanya
34 °, tetapi +17 ° dan 8,5 ° adalah juga populer tergantung pada sampel) .
piring Quartz yang disukai oleh banyak pengguna karena contoh padat jauh lebih
sedikit dipengaruhi oleh variasi suhu, dan tidak perlu dicampur on-demand
seperti solusi sukrosa.
Sudut rotasi zat optik aktif dapat
dipengaruhi oleh:
- Konsentrasi sampel
- Panjang gelombang cahaya melewati sampel (umumnya, sudut rotasi dan panjang gelombang cenderung berbanding terbalik)
- Suhu sampel (umumnya kedua secara langsung proporsional)
- Panjang sel sampel (masukan oleh pengguna ke polarimeter otomatis paling untuk memastikan akurasi yang lebih baik)
polarimeter modern Sebagian besar
metode kompensasi untuk atau mengendalikan ini.
C.
PRINSIP
KERJA POLARIMETER
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai
berikut: sinar yang datang dari sumber
cahaya (misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi
(polarizer), kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya
menuju prisma terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar
sedangkan analizer dapat diatur atau di putar sesuai keinginan. Bila polarizer
dan analizer saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tega lurus), maka
sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi.
Pristiwa ini disebut tidak optis aktif.
Jika zat
yang bersifat optis aktif ditempatkan pada sel dan ditempatkan diantara
prisma terpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan. Putaran optik adalah sudut
yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi silang ke posisi baru yang
intensitasnya semakin berkurang hingga nol.Untuk menentukan posisi yang tepat
sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut “setengah bayangan”
(bayangan redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa,
sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan
setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua
sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila analyzer diputar terus setengah dari
medan menjadi lebih terang dan yang lainnya redup. Posisi putaran diantara
terjadinya pemadaman dan terang tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada
saat itu intensitas kedua medan sama. Jika zat yang bersifat optis aktif
ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang polarisasi akan
berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke posisi semula,
analizer dapat diputar sebesar sudut putaran dari sampel.
Sudut putar
jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 mL larutan yang
barada dalam tabung dengan panjang jalan cahaya 1,00 dm, pada temperatur dan
panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang lazim digunakan ialah 589,3
nm, dimana 1 nm = 10-9m. Sudut putar jenis untuk suatu senyawa
(misalnya pada 25o C) Macam macam polarisasi antara lain, polarisasi
dengan absorpsi selektif, polarisasi akibat pemantulan, dan polarisasi akibat
pembiasan ganda.
1.
Polarisasi dengan absorpsi selektif,
dengan menggunakan bahan yang akan melewatkan (meneruskan) gelombang yang
vektor medan listriknya sejajar dengan arah tertentu dan menyerap hampir semua
arah polarisasi yang lain.
2.
Polarisasi akibat pemantulan, yaitu
jika berkas cahaya tak terpolarisasi dipantulkan oleh suatu permukaan, berkas
cahya terpanyul dapat berupa cahaya tak terpolarisasi, terpolarisasi sebagian,
atau bahkan terpolarisasi sempurna.
3. Polarisasi
akibat pembiasan ganda, yaitu dimana cahaya yang melintasi medium isotropik
(misalnya air). Mempunyai kecepatan rambat sama kesegala arah. Sifat bahan
isotropik yang demikian dinyatakan oleh indeks biasnya yang berharga tunggal
untuk panjang gelombang tertentu. Pada kristal – kristal tertentu
misalnya kalsit dan kuartz, kecepatan cahaya didalamnya tidak sama kesegala
arah. Bahan yang demikian disebut bahan anisotropik ( tidak isotropik).
Sifat anisotropik ini dinyatakan dengan indeks bias ganda untuk panjang
gelombang tertentu. Sehingga bahan anisotropik juga disebut bahan pembias
ganda.
Langganan:
Postingan (Atom)